Cemaran Mikroplastik di Lautan, dari Daratan Kembali Ke Meja Makan


Ocean Microplastic Pollution: From the Mainland to the Dining Table
09.06.2023

JAKARTA, 9 Juni 2023 – Hari Laut Sedunia diperingati masyarakat global pada 8 Juni lalu. Perayaan ini menjadi pengingat bahwa menjaga alam termasuk lautan, merupakan tanggung jawab bersama. Sepanjang sejarah manusia, laut menawarkan manfaat yang tak terbatas untuk keseimbangan alam, bahkan menopang perekonomian. Mencakup 70 persen permukaan bumi, lautan mengangkut panas dari khatulistiwa ke kutub, juga berperan mengatur pola iklim dan cuaca. Berbagai bahan obat-obatan, termasuk obat anti kanker, alzheimer, dan penyakit jantung–bahkan bersumber dari laut.

 

Perubahan iklim, limbah industri, dan limbah rumah tangga mengubah banyak hal dari laut. Menurut National Ocean Services, 80 persen  polusi di laut berasal dari darat, salah satunya dalam bentuk plastik. Dalam video dokumenternya, ENDEVR memaparkan bagaimana plastik telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari laut. Namun yang menjadi paradoks, kita hanya dapat menemukan sebagian kecil plastik di laut padahal keberadaannya ada di mana-mana. Penelusuran ENDEVR berhasil menangkap berbagai fenomena yang terjadi akibat cemaran sampah plastik. Masih dalam rangka Hari Laut Sedunia, Coway, perusahaan pemurni air dan udara No.1 Korea Selatan merangkumnya di sini!

 

Perjalanan Sampah di Lautan dan Kembali ke Meja Makan Kita

Jenna Jambeck, seorang insinyur di bidang pengolahan limbah yang telah melakukan studi selama 3,5 tahun, memperkirakan terdapat 8 juta metrik ton plastik di tahun 2010 masuk ke dalam lautan. Dari 275 juta ton limbah plastik, 32 juta ton di antaranya berakhir di lautan. Jenna mengatakan, permasalahan sampah hanya dapat ditanggulangi di daratan karena setelah berada di perairan luas, hampir tidak mungkin untuk kita dapat mengambilnya kembali.

Perjalanan melacak keberadaan sampah telah dilakukan oleh periset Francois Galgani, Editor-in-chief of The Scientific Journal Marine Pollution Bulletin (Elsevier). Ia menemukan sisa-sisa botol plastik dari tahun 1960 di kedalaman laut 1000 meter, 20 km dari pantai mediterania Prancis. Berdasarkan studi terkini dari Kara Lavender, Research Professor of Oceanography, jumlah puing plastik di laut dapat mencapai 50.000 miliar yang tersebar dari kutub ke antartika melalui daerah tropis. Dua jenis plastik yang paling umum berada di lautan adalah Polyethylene, material kantong plastik serta Polypropylene, bahan pembuat tutup botol, sedotan, dan pembungkus makanan.

 

Sebagian besar potongan-potongan plastik ini berukuran kurang dari lima milimeter–yang kita kenal sebagai mikroplastik. Mikroplastik menjadi kekhawatiran besar bagi para peneliti karena ukurannya sangat kecil sehingga memiliki kemampuan tak terbatas untuk masuk dalam lingkungan. Ini lah yang membuat mikroplastik dengan mudahnya memasuki rantai makanan. Pada 2015, ilmuwan mengidentifikasi 560 spesies biota menelan mikroplastik dan angka ini meningkat sebanyak 2 kali lipat dalam 20 tahun. 

 

Chelsea Rochman dari Davis University meneliti bagaimana perilaku plastik ketika berada di air laut. Plastik bersifat seperti magnet yang dapat menarik bahan-bahan kimia lain yang terkandung pada air laut. Hal ini disebabkan plastik sendiri merupakan campuran dari berbagai bahan kimia dari proses manufaktur. Beberapa jenis plastik bahkan lebih berbahaya ketika memasuki perairan. Menurut temuannya, 25% ikan yang dibeli dari pasar ikan di California dan Indonesia  mengandung mikroplastik. Kontaminasi juga didapati pada sepertiga kerang dari kedua tempat. Plastik yang dibuang ke laut akan kembali lagi di hadapan kita dalam bentuk hidangan–terkandung dalam makanan laut yang kita konsumsi.  

 

Upaya Coway Mendorong Gaya Hidup Sehat Kurangi Plastik

Sebagai perusahaan yang menghargai nilai-nilai berharga dari alam, Coway menyadari bahwa perlunya usaha bersama dari semua pihak untuk menjaga kelestarian alam, termasuk laut dan kehidupan di dalamnya. Sebagai produsen produk peralatan rumah tangga, Coway mengembangkan produk water purifier unggul yang dapat memfasilitasi gaya hidup sehat sekaligus ramah lingkungan. Dengan beralih ke water purifier Coway dari dispenser galon atau air kemasan, konsumen dapat mengurangi penggunaan sampah plastik yang beresiko mencemari laut.

 

Dalam upaya melaksanakan bisnis berkelanjutan, Coway mengimplementasikan Product LCA (Life Cycle Assesment), di mana seluruh  value chain dari pembelian, produksi, distribusi, hingga penggunaan dan pembuangan telah diatur untuk mengurangi emisi efek gas rumah kaca (GHG). Berdasarkan Undang-undang tentang Sirkulasi Sumber Daya Peralatan Listrik dan Elektronik tahun 2014, Coway menjalankan sistem pengumpulan dan daur ulang limbah, termasuk perjanjian tentang pengumpulan dan daur ulang sampah plastik. Recycling Rate Coway juga terus bertumbuh dari tahun ke tahun, bersamaan dengan layanan  Heart Service dari Coway Lady (Cody) yang tidak hanya berfokus pada perawatan produk, namun juga pengelolaan limbah.


MORE NEWS


06.05.2021

Coway Indonesia Luncurkan Produk Pemurni Air Neo Plus CHP-264L


Coway Indonesia Launches Neo Plus CHP-264L Water Purifier Product this April 2021 with Baim Wong and Media
06.05.2021

Pentingnya Menjaga Sirkulasi Udara di Dalam Ruangan dengan Coway Air Purifier


The Importance of Maintaining Indoor Air Circulation with a Coway Air Purifier